Menghidupkan kasih-Nya Lewat yang Terlupakan
“ Dalam doa aku bersyukur atas limpah kasih-Mu..
Ajar aku mengasihi-Mu dan sesama manusia”
-(PKJ 212- Ya Allah Kasih-Mu Besar)-
Begitulah penggalan lirik lagu yang selalu menggelitik hati saya ketika
menyanyikannya, yang jadi pertanyaanya sekarang adalah siapakah “sesama” yang akan kita kasihi?
Mungkin ada banyak dari kita yang berpikir “ya pastilah orang yang ada di sekitar kita dan yang terdekat dengan kita”. Jawaban seperti itu memang benar, tetapi kita seringkali tidak sadar bahwa kita akan lebih bisa mengasihi orang yang lebih dulu mengasihi atau berbuat baik dengan kita. Bisa dikatakan ya... seperti timbal balik ketika dia baik dengan kita maka kita akan berbuat baik juga dan demikian pula sebaliknya, bila responya tidak seperti bayangan yang diharapkan lebih banyak dari kita memilih untuk menganggap biasa saja atau bahkan memilih untuk bersikap acuh dan tidak mau peduli. Benarkah mengasihi sesama seperti yang demikian?
Dalam lukas 6:32 -33 Tuhan Yesus berfirman demikian: "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang –orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”
Nah berdasarkan ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa bila kita hanya mengasihi orang-orang yang mengasihi kita dan berbuat baik kepada orang yang berbuat baik dengan kita sama saja tidak ada gunanya. Bukan berarti tidak boleh mengasihi, tentu saja boleh dan justru hal itulah yang semestinya dilakukan. Hanya saja hal tersebut adalah hal yang biasa saja, karena sama halnya dengan balas budi semata dan orang lain pun banyak yang bisa lakukan demikian. Bahkan orang jahat pun juga bisa lakukan hal serupa bahkan mungkin bisa lebih dari yang diduga. Berarti sama saja kan kasih Kristus tidak nampak dan berdampak?
Sebagai anak muda harus diakui bahwa kita lebih sering beranggapan bila sesama kita yang perlu kita kasihi adalah orang- orang yang ada di zona nyaman kita atau dengan kata lain hanya orang-orang yang bisa membuat nyaman. Sadar atau tidak hal tersebut membuat kita lupa bahwa sebenarnya masih banyak orang yang terlupakan oleh kita yang semestinya juga kita kasihi? Pasti selanjutnya timbul pertanyaan,“Masa sih ada yang terlupakan? Memangnya siapa?" Coba deh, pernah bayangin nggak, bisa jadi orang yang terlupakan oleh kita adalah orang yang sebenarnya ada di dekat kita, tapi kita sering nggak sadar akan keberadaan mereka atau bisa jadi kita membenci keberadaan mereka Contoh simpel deh, kalau kita punya musuh? Bisakah kita tetap tulus menunjukkan kasih kita kepadanya? Saya rasa banyak dari kita yang sependapat kalau secara manusiawi itu tidak mudah dilakukan. Contoh lain bila kita melihat orang lain yang baru kenal dan berbeda (status, latar belakang, agama, budaya, dll.). Apakah orang tersebut termasuk daftar “sesama” menurut kita yang semestinya dikasihi atau mungkin lebih sering kita acuh dan dan abaikan? Contoh terakhir jika kita dipertemukan atau hidup dengan orang berkebutuhan khusus, bagaimana respon kita? Mengasihi atau hanya kasihan? Harus diakui bahwa kita lebih sering hanya mengasihani dan belum sepenuhnya tulus mengasihi. Padahal kita sebagai pengikut Kristus, Tuhan Yesus mengajarkan untuk kita berani “tampil beda” dalam menghidupi kasih itu. Tampil beda yang dimaksudkan adalah bukan hanya tahu tentang kasih, tetapi juga bagaimana kita membagikan kasih itu tidak hanya untuk yang berada dalam zona nyaman kita tetapi juga ada di sekitar kita. Sama seperti yang Tuhan Yesus ajarkan bahwa kepada musuh kita sekalipun kita harus tetap mengasihi, berbuat baik, dan terlebih lagi kita diutus untuk mendoakan mereka. Secara manusiawi tidak mudah memang tapi hendaknya kita memiliki kasih yang berdasar dari Tuhan yang tulus dan tanpa pamrih.
Sebagai manusia biasa terlebih kita ini masih muda, kita sering juga tidak peduli pada orang yang baru kita kenal bahkan tanpa sadar cenderung menjauhi orang yang berbeda dengan kita meskipun sebenarnya Tuhan juga mengutus kita memancarkan kasih-Nya secara tulus dan tanpa memandang perbedaan apapun, sama sebagaimana Tuhan ajarkan yaitu mengasihi tanpa mengharap balasan dan maksud tertentu,tanpa berprasangka buruk dan murah hati.
Hal terakhir yang akan kita bicarakan adalah tentang respon bila diperhadapkan atau dipertemukan dengan orang yang berkebutuhan khusus. Tak bisa dipungkiri masih banyak dari kita bahkan kita yang katanya pengikut Kristus memandang mereka sebelah mata, aneh dan menganggap mereka “berbeda” sehingga kita lebih cenderung hanya mengasihani tanpa tulus mengasihi, apa bedanya? Mengasihani itu bisa jadi bersifat sementara dan rasa kasihan bisa hilang seiring waktu, beda halnya dengan mengasihi yang timbul tulus dari hati dan juga menganggap mereka juga patut untuk dikasihi bukan hanya dikasihani apalagi dijauhi atau bahkan diabaikan. Mengasihi berarti kita mau merangkul mereka, menganggap mereka ada dan memanusiakanya.
Jadi sebagai anak muda pengikut Kristus hendaknya kita memacarkan dan menghidupkan kasih-Nya bukan untuk orang –orang terdekat yang kita anggap sesama, tetapi juga untuk orang yang terlupakan di sekitar kita. Biarlah setiap diri kita bukan hanya menerima kasih tersebut, tetapi kita dapat menyalurkan dan menghidupkanya kepada sekeliling kita.
Selamat menghidupkan kasih-Nya secara tulus dan tanpa “modus”..
Minta kemurnian hati dari-Nya agar kepekaan hati selalu ada tidak terkikis bahkan habis. Karena Dia berikan kasih-Nya untuk kita dan mereka yang terlupakan juga.
(Saps)
Comments
Post a Comment